Ya'ahowu........!!!
Suku Nias adalah
kelompok masyarakat yang hidup di pulau
Nias. Dalam bahasa
aslinya, orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono =
anak/keturunan; Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai "Tanö Niha"
(Tanö = tanah). Suku Nias
adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih
tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö yang mengatur
segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian. Masyarakat Nias
kuno hidup dalam budaya megalitik dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa
ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini
sampai sekarang. Kasta : Suku Nias mengenal sistem kasta (12
tingkatan Kasta). Dimana tingkatan kasta yang tertinggi adalah "Balugu".
Untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan
mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama
berhari-hari.
Mitologi
Menurut
masyarakat Nias, salah satu mitos asal usul suku Nias berasal dari sebuah pohon
kehidupan yang disebut "Sigaru Tora`a" yang terletak di sebuah tempat
yang bernama "Tetehöli Ana'a". Menurut mitos tersebut di atas
mengatakan kedatangan manusia pertama ke Pulau Nias dimulai pada zaman Raja
Sirao yang memiliki 9 orang Putra yang disuruh keluar dari Tetehöli Ana'a
karena memperebutkan Takhta Sirao. Ke 9 Putra itulah yang dianggap menjadi
orang-orang pertama yang menginjakkan kaki di Pulau Nias.
Penelitian Arkeologi
Penelitian
Arkeologi telah dilakukan di Pulau Nias sejak tahun 1999. Penelitian
ini menemukan bahwa sudah ada manusia di Pulau Nias sejak 12.000 tahun silam
yang bermigrasi dari daratan Asia ke Pulau Nias pada masa paleolitik, bahkan
ada indikasi sejak 30.000 tahun lampau kata "Prof. Harry Truman
Simanjuntak dari Puslitbang Arkeologi Nasional dan LIPI Jakarta". Pada masa itu
hanya budaya Hoabinh, Vietnam yang sama dengan budaya yang ada di Pulau Nias,
sehingga diduga kalau asal usul Suku Nias berasal dari daratan Asia di sebuah
daerah yang kini menjadi negara yang disebut Vietnam.

Penelitian genetika terbaru menemukan, masyarakat Nias, Sumatera
Utara, berasal dari rumpun bangsa Austronesia. Nenek moyang orang Nias
diperkirakan datang dari Taiwan melalui jalur Filipina 4.000-5.000 tahun
lalu.
Mannis van Oven, mahasiswa doktoral dari Department of Forensic
Molecular Biology, Erasmus MC-University Medical Center Rotterdam,
memaparkan hasil temuannya di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman,
Jakarta, Senin (15/4/2013). Dalam penelitian yang telah berlangsung
sekitar 10 tahun ini, Oven dan anggota timnya meneliti 440 contoh darah warga di 11 desa di Pulau Nias.
”Dari semua populasi yang kami teliti, kromosom-Y dan mitokondria-DNA
orang Nias sangat mirip dengan masyarakat Taiwan dan Filipina,”
katanya.
Kromosom-Y adalah pembawa sifat laki-laki. Manusia laki-laki
mempunyai kromosom XY, sedangkan perempuan XX. Mitokondria-DNA (mtDNA)
diwariskan dari kromosom ibu. Penelitian ini juga menemukan, dalam genetika orang Nias saat ini
tidak ada lagi jejak dari masyarakat Nias kuno yang sisa peninggalannya
ditemukan di Goa Togi Ndrawa, Nias Tengah. Penelitian arkeologi terhadap
alat-alat batu yang ditemukan menunjukkan, manusia yang menempati goa
tersebut berasal dari masa 12.000 tahun lalu.
”Keragaman genetika masyarakat Nias sangat rendah dibandingkan dengan
populasi masyarakat lain, khususnya dari kromosom-Y. Hal ini
mengindikasikan pernah terjadinya bottleneck (kemacetan) populasi dalam
sejarah masa lalu Nias,” katanya.
Studi ini juga menemukan, masyarakat Nias tidak memiliki kaitan
genetik dengan masyarakat di Kepulauan Andaman-Nikobar di Samudra Hindia
yang secara geografis bertetangga. Menanggapi temuan itu, arkeolog dari Pusat Penelitian Arkeologi
Nasional Sony Wibisono mengatakan, teori tentang asal usul masyarakat
Nusantara dari Taiwan sebenarnya sudah lama disampaikan, misalnya oleh
Peter Bellwood (2000). Teori Bellwood didasarkan pada kesamaan bentuk
gerabah. ”Masalahnya, apakah migrasi itu bersifat searah dari Taiwan ke
Nusantara, termasuk ke Nias, atau sebaliknya juga terjadi?” katanya.
Sony mempertanyakan bagaimana migrasi Austronesia dari Taiwan ke Nias
itu terjadi.
Herawati Sudoyo, Deputi Direktur Lembaga Eijkman yang juga menjadi
pembicara, mengatakan, migrasi Austronesia ke Nusantara masih menjadi
teka-teki. ”Logikanya, dari Filipina mereka ke Kalimantan dan Sulawesi.
Tetapi, sampai saat ini data genetika dari Kalimantan dan Sulawesi masih
minim. Masih ada missing link,” katanya.
Di Kalimantan, menurut Hera, yang diteliti genetikanya baru etnis
Banjar. Hasilnya menunjukkan, mereka masyarakat Melayu. Di Sulawesi yang
diteliti baru Sulawesi Selatan. ”Masih banyak studi yang harus
dilakukan,” katanya.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Nias#cite_note-1